Rumah Adat Banten (Suku Baduy)

by - 01.13

Banten yang sekarang sudah menjadi provinsi baru semenjak tahun 2000. Banten sangat dikenal dengan suku aslinya yaitu suku Baduy. Suku Baduy terbagi menjadi dua suku yaitu, Baduy Dalam dan Baduy Luar.


Arsitektur vernakular suku Baduy bentuk dan gaya bangunan rumah tinggal mereka sangat sederhana, dibangun berdarakan naluri sebagai manusia yang membutuhkan tempat berlindung dari gangguan alam dan binatang buas. Kesan sederhana tersebut tersirat dalam penataan eksterior dan interiornya.

Secara umum bentuk rumah adat Banten suku Baduy merupakan rumah panggung yang hampir keseluruhan bahan bangunan rumah berasal dari bambu. Berikut beberapa karakteristik rumah adat suku Baduy :
  • Seluruh bangunan rumah tinggal suku Baduy menghadap ke utara-selatan dan saling berhadapan. Menghadap ke arah barat dan timur tidak diperkenankan berdasarkan adat.
  •  Suku Baduy memperlakukan alam tidak berusaha untuk mengubah atau mengelola keadaan lahan aslinya untuk kepentingan bangunan yang akan didirikan diatasnya. Sehingga hasilnya memperlihatkan permukiman yang alami, Bangunan - bangunan tersebut bagaikan sebuah kesatuan dari alam itu sendiri, berdiri berumpak - umpak mengikuti kontur atau kemiringan tanahnya.
  • Rumah tinggal suku Baduy Dalam termasuk jenis bangunan knock down dan siap pakai, yang terdiri dari beberapa rangkaian komponen. Selanjutnya, komponen-komponen tersebut dirakit atau dirangkai dengan cara diikat menggunakan tali awi temen ataupun dengan cara dipaseuk.
  • Konstruksi utamanya yang berfungsi untuk menahan beban berat, seperti tihang-tihang, panglari, pananggeuy, dan lincar, dipasang dengan cara dipaseuk karena alat paku dilarang digunakan. Justru teknik tersebut bisa memperkuat karena kedua kayu yang disambungkan lebih menyatu, terutama ketika kedua kayunya sudah mengering.
  •  Sementara komponen seperti bilik (dinding), rarangkit (atap), dan palupuh (lantai) hanya sekadar diikat atau dijepit pada bambu atau kayu konstruksi. Oleh karena itu, bangunan rumah tinggal suku Baduy termasuk jenis bangunan tahan gempa karena konstruksinya bersifat fleksibel dan elastis. Rumah panggung.
  • Jenis atapnya disebut sulah nyanda. Pengertian dari nyanda adalah posisi atau sikap bersandar wanita yang baru melahirkan. Sikap menyandarnya tidak tegak lurus, tetapi agak merebah ke belakang. Jenis atap sulah nyanda tidak berbeda jauh dengan jenis atap julang ngapak. Jika jenis atap yang disebutkan terakhir memiliki dua atap tambahan di kedua sisinya, atap jenis sulah nyanda hanya memiliki satu atap tambahan yang disebut curugan. Salah satu atap pada sulah nyanda lebih panjang dan memiliki kemiringan yang rendah.
 

  •  Rumah tinggal suku Baduy hanya memiliki satu pintu masuk yang ditutup dengan panto, yaitu sejenis daun pintu yang dibuat dari anyaman bilah-bilah bambu berukuran sebesar ibu jari dan dianyam secara vertikal. Teknik anyaman tersebut disebut sarigsig.
  •  Pembagian interiornya terdiri dari tiga ruangan, yaitu sosoro, tepas, dan imah. Sosoro dipergunakan untuk menerima kunjungan tamu. Letaknya memanjang ke arah bagian lebar rumah. Selanjutnya, ruang tepas yang membujur ke arah bagian panjang atau ke belakang digunakan untuk acara makan atau tidur anak-anak. Antara ruangan sosoro dan tepas tidak terdapat pembatas. Keduanya menyatu membentuk huruf L terbalik atau siku.
  •  Tampaknya bagian inti dari rumah suku Baduy terletak pada ruangan yang disebut imah karena ruang tersebut memiliki fungsi khusus dan penting. Selain berfungsi sebagai dapur (pawon), imah juga berfungsi sebagai ruang tidur kepala keluarga beserta istrinya.



Sumber : http://humaspdg.wordpress.com/2010/05/02/mengenal-arsitektur-rumah-adat-baduy/

You May Also Like

0 komentar